Sabtu, 07 Mei 2016

Dampak Positif Dan Negatif Terhadap Perkembangan Budaya, Perbedaan Kebudayaan dan Peradaban , Konsep nilai Dan Sistem nilai Budaya

Dampak Positif dan Negatif Beserta Contoh Perkembangan Budaya Manusia
Belakangan ini banyak sekali budaya asing yang masuk ke Indonesia tak jarang itu menimbulkan banyak masalah yang dapat berdampak postif dan juga negatif. Oleh sebab itu , saya disini akan sedikit memaparkan apa – apa saja yang menjadi dampak positif dan juga negatif beserta contoh nya sebagai acuan untuk menjadi lebih baik dan selektif dalam memilih budaya yang masuk dan berkembang di negara ini.
Dampak Positif:
Dengan adanya Kemajuan dalam bidang teknologi dan peralatan hidup, masyarakat pada saat ini dapat bekerja secara cepat dan efisien karena adanya peralatan yang mendukungnya sehingga dapat mengembangkan usahanya dengan lebih baik lagi.
Lebih lanjut lagi dampak positif dalam globalisasi misalnya, adalah:
1.Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
2.Terjadinya industrialisasi
3.Produktifitas dunia industri semakin meningkat.
4.Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.
5. Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi Meskipun demikian ada pula dampak negatifnya antara lain;1. terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan2. Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental “instant”.
Dampak Negatif:
Dapat menghilangkan kebudayaan asli Indonesia, serta dapat terjadi proses perubahan social didaerah yang dapat mengakibatkan permusuhan antar suku sehingga rasa persatuan dan kesatuan bangsa menjadi goyah.
Apabila budaya asing masuk ke Indonesia, dan tidak ada lagi kesadaran dari masyarakat untuk mempertahankan dan melestarikannya, dipastikan lagi masyarakat Indonesia tidak akan dapat lagi melihat kebudayaan Indonesia kedepan.
Lebih lanjut lagi mengenai dampak negatif yang ada, misalnya :
1. Penyalahgunaan Fungsi
bebasnya setiap orang mengakses ataupun menggunakan teknologi, maka dengan mudah juga terjadi penyalahgunaan fungsi dari teknologi tersebut.
2. Pemborosan Biaya
Teknologi yang tidak akan ada habisnya, akan membuat para penggunanya tidak pernah puas sehingga perlu biaya untuk selalu mengupdate teknologi yang mereka miliki ataupun penggunaan teknologi komunikasi yang makin meluas juga diikuti penambahan biaya.
3. Global Warming
pengalihan kinerja manusia ke mesin tentu makin menyebabkan polusi udara sehingga memperparah pemanasan global, namun akhir akhir para produsen teknologi telah memproduksi segala kebutuhan teknologi yang di imbangi dengan pelestarian alam dan ramah lingkungan.
Contoh dari dampak positif dan negatif dari perkembangan budaya yakni, seperti yang tertera di bawah in :
Contoh dampak positif :
Sebagai contoh saya mengambil dari budaya yang ada sekarang misalnya saja perkembangan pada pengetahuan teknologi. Sekarang teknologi bukan lagi jadi bahan yang tabu di masayarakat umum dengan kemajuan teknologi semua dapat dengan mudahnya di selesaikan. Sebagai contoh penggunaan gadget, laptop dan lain sebagai nya, dengan gadget dan laptop kita dapat mengetahui informasi apapun, kapanpun dan dimanapun dengan mudah, dengan koneksi intenet tentunya.
Contoh dampak negatif :
Dari contoh dampak positif diatas dapat kita artikan juga sebagai dampak negatif di karenakan jika dalam penggunaan teknologi itu tidak benar tentunya akan menjadi sangat berbahaya. Sebagai contoh yaitu, penipuan, perjudian, kejahatan dunia maya dan lain sebagainya. Oleh karena itu kita sebagai manusia haruslah selektif dalam memilih hal yang dapat merugikan dan juga menguntungkan serta dapat berdampak positif dan juga negatif.
Perbedaan antara Kebudayaan dan Peradaban
Kebudayaan dan peradaban adalah dua kata yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan di kalangan ahli. Pendapat pertama menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam penggunaan istilah “kebudayaan” dan “peradaban”. Sementara itu pendapat kedua menyatakan bahwa ada perbedaan terminologis antara “kebudayaan” dan “peradaban”. Tulisan ini secara ringkas mencoba untuk memberikan sedikit bahan untuk menjelaskan pandangan yang kedua tentang “kebudayaan” dan “peradaban” sebagai istilah yang memiliki perbedaan secara terminologis.
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian kebudayaan itu dapat diartikan “ hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal .” . Ada pendirian lain mengenai asal dari kata kebudayaan itu, ialah bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, artinya daya dan budi, kekuatan dari akal. Adapun istilah inggrisnya berasal dari kata Latin colereyang berarti “mengolah, mengerjakan”, terutama mengolah tanah atau bertani . Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya dan usaha manusia untuk merubah alam.
Adapun istilah peradaban dapat kita sejajarkan dengan kata asing civilization . Istilah itu biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah, seperti : kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan-santun dan sistem pergaulan komplex dalam suatu masyarakat dengan struktur yang komplex. Sering juga istilah peradaban dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan komplex. ( Koentjaraningrat , 1948 : 9-10 )
Jika Huntington (1996 ) mendefinisikan peradaban ( civization ) sebagai the highest social grouping of people and the broadest level of cultural identity people have short of that which distinguish humans ftm other species, dan Ibnu Khaldun ( 1332-1406 M ) melihat peradaban (umran) sebagai organisasi sosial manusia, kelanjutan dan proses tamaddun ( semacam urbanisasi ), lewat ashabiyah (group feeling, espritde corp ). Peradaban disini didefinisikan sebagai keseluruhan kompleksitas prosuk pikiran kelompok manusia yang mengatasi Negara, ras, suku, atau agama yang membedakannya dari yang lain, tetapi tidak monolitik dengan sendirinya. ( Bambang Santosa dkk., 2008 : 44 ).
Konsep Nilai dan Sistem Nilai Budaya
Konsep nilai dan sistem budaya sebenarnya merupakan suatu kata yang saling berkesinambungan antar satu sama lainnya. Jika melihat dari segi bahasa dan merujuk pada katanya sebenarnya mempunyai arti dan makna yang sama. Pada kesempatan ini saya akan sedikit menjelaskan apa itu sebenarnya Konsep Nilai san Sistem Nilai Budaya.
Konsep Nilai Budaya
Merujuk pada tema yang diminta oleh panitia kegiatan, maka apabila kita berbicara nilai-nilai budaya, kita harus membuka dahulu ruang untuk menyamakan pandangan tentang konsep nilai budaya dengan budaya. Nilai budaya adalah bagian dari budaya. Sedangkan budaya merupakan sebuah konsep lebih luas daripada sekedar nilai budaya. Untuk itu, sebelum membahas tentang nilai budaya ada baiknya kita bahas terlebih dahulu konsep tentang budaya. Dengan demikian, pemahaman kita tentang budaya/nilai budaya menjadi lebih fokus.
Budaya (kebudayaan/kultur) seringkali diartikan oleh beranekaragam arti atau makna. Antara satu makna dengan makna yang lain dapat berbeda. Antara orang awan dan akademisi pun dapat berbeda pendapat tentang arti budaya ini. Bahkan di antara akademisi mempunyai pandangan yang tidak sama. Kenyataannya, budaya memang adalah sebuah konsep yang bermakna beranekaragam. Ada yang memaknainya secara luas dan ada pula yang memaknainya secara sempit. Bagi mereka yang memaknai sempit/terbatas, budaya diartikan hanya sekedar sebuah seni, candi, tari-tarian, kesusastraan, dan sebagainya. Padahal bagian dari arti-arti seperti disebutkan adalah bagian dari budaya.
Dalam tulisan ini, konsep budaya dipahami sebagai konsep yang didefinisikan oleh Koentjaraningrat (1981: 180) yaitu “Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.
Sistem gagasan atau sistem ide milik satu masyarakat yang dijadikan acuan tingkah laku dalam kehidupan sosial dari masyarakat yang bersangkutan merupakan wujud kebudayaan itu yang bersifat abstrak, sedangkan perilaku/tindakan dan hasil karya (benda-benda/“benda budaya”) merupakan “gejala-gejala kebudayaan” saja.
Selanjutnya, konsep budaya dapat dikembangkan dalam suatu perincian untuk mendapatkan pemahaman atau makna yang lebih operasional. Perincian itu terdiri dari unsur-unsur gagasan tadi yang terkait dalam suatu sistem yang dikenal dengan konsep “sistem budaya” (cultural system).
Sistem budaya itu sendiri adalah seperangkat pengetahuan yang meliputi pandangan hidup, keyakinan, nilai, norma, aturan, hukum yang menjadi milik suatu masyarakat melalui proses belajar, yang kemudian diacu sebagai pedoman untuk menata, menilai, menginterpretasi sejumlah benda dan peristiwa dalam beragam aspek kehidupan dalam kehidupan lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Keseluruhan unsur tadi terkait dalam satu sistem yang dapat disebut “roh” dari kehidupan satu masyarakat. Yang terpenting di antaranya adalah nilai atau nilai budaya (cultural value) yang merupakan suatu konsepsi abstrak yang dianggap baik dan amat bernilai tinggi dalam hidup, yang menjadi pedoman tertinggi kelakuan dalam kehidupan satu masyarakat (Junus Melalatoa, 2005).
Nilai budaya yang dimiliki satu masyarakat dapat terdiri dari beberapa kategori nilai, yaitu nilai pengetahuan, nilai religi, nilai sosial, nilai seni, dan nilai ekonomi. Dalam kategori nilai sosial ada sejumlah nilai, misalnya nilai tertib, setia kawan, harga diri, tolong-menolong, rukun, kompetitif, disiplin, dan sebagainya. Nilai disiplin juga merupakan unsur nilai religi, di samping takwa, iman, yang menjadi unsur nilai seni di samping indah, melankolis, halus, riang, dinamis, kreatif, dan lain-lain. Dengan kata lain, sebuah atau beberapa nilai tersebar sebagai unsur dalam kategori nilai-nilai: pengetahuan, religi, sosial, seni, dan ekonomi. Keseluruhan nilai-nilai itu terkait satu dengan yang lain, sehingga merupakan satu sistem nilai budaya (cultural value system).
Adapun unsur-unsur kebudayaan universal mencakup tujuh unsur yang terdapat pada tiap kebudayaan di dunia adalah Bahasa, Sistem Pengetahuan, Organisasi Sosial, Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi, Sistem Mata Pencaharian Hidup, Sistem Religi, dan Kesenian. Ke dalam setiap unsur tersebut terdapat tiga wujud budaya, yaitu: wujud sistem budaya, sistem sosial, dan wujud kebudayaan fisik.
SISTEM NILAI BUDAYA
Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem budaya merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu merupakan konsep – konsep mngenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai , berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat itu sendiri.
Nilai – nilai budaya ini bersifat umum , luas dan tak konkret maka nilai – nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat.
Dalam masyarakat ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang lain berkaitan satu sama lain sehingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai suatu pedoman dari konsep –konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan masyarakat.
Menurut ahli antropologi terkenal C.Kluckhohn , tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi system nilai budaya adalah :
Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (disingkat MH)
Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya suatu hal yang buruk dan menyedihkan .Pada agama Budha misalnya,pola – pola tindakan manusia akan mementingkan segala usaha untuk menuju arah tujuan bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun kebudayaan – kebudayaan lain memandang hidup manusia dapat mengusahakan untk menjadikannya suatu hal yang indah dan menggembirakan.
Masalah mengenai hakekat dari karya manusia ( disingkat MK)
Kebudayaan memandang bahwa karya manusia bertujuan untuk memungkinkan hidup,kebudayaan lain menganggap hakekat karya manusia itu untuk memberikannya kehormatan,ada juga kebudayaan lain yang menganggap karya manusia sebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu (disingkat MW)
Kebudayaan memandang penting dalam kehidupan manusia pada masa lampau, keadaan serupa ini orang akan mengambil pedoman dalam tindakannya contoh – contoh dan kejadian- kejadaian dalam masa lampau. Sebaliknya ada kebudayaan dimana orang hanya mempunyai suatu pandangan waktu yang sempit. Dalam kebudayaan ini perencanaan hidup menjadi suatu hal yang sangat amat penting.
Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya (disingkat MA)
Kebudayaan yangh memandang alam sebagai suatu hal yang begitu dahsyat sehingga manusia hanya dapat bersifat menyerah tanpa dapat berusaha banyak. Sebaliknya ,banyak pula kebudayaan lain yang memandang alam sebagai lawan manusia dan mewajibkan manusia untuk selalu berusaha menaklukan alam. Kebudayaan lain masih ad yang menganggap bahwa manusia dapat berusaha mencari keselarasan dengan alam.
Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesamanya (disingkat MM)
Ada kebudayaan yang memntingkan hubungan vertical antara manusia dengan sesmanya. Tingkah lakunya akan berpedoman pada tokoh – tokoh pemimpin. Kebudayaan lain mementingkan hubungan horizontal antara manusia dan sesamanya. Dan berusaha menjaga hubungan baik dengan tetangga dan sesamanya merupakan suatu hal yang penting dalam hidup. Kecuali pada kebudayaan lain yang tidak menganggap manusia tergantung pada manusia lain, sifat ini akan menimbulkan individualisme.