Dampak Positif dan Negatif Beserta Contoh Perkembangan Budaya Manusia
Belakangan ini banyak sekali budaya asing yang masuk ke Indonesia tak
jarang itu menimbulkan banyak masalah yang dapat berdampak postif dan
juga negatif. Oleh sebab itu , saya disini akan sedikit memaparkan apa –
apa saja yang menjadi dampak positif dan juga negatif beserta contoh
nya sebagai acuan untuk menjadi lebih baik dan selektif dalam memilih
budaya yang masuk dan berkembang di negara ini.
Dampak Positif:
Dengan adanya Kemajuan dalam bidang teknologi dan
peralatan hidup, masyarakat pada saat ini dapat bekerja secara cepat dan
efisien karena adanya peralatan yang mendukungnya sehingga dapat
mengembangkan usahanya dengan lebih baik lagi.
Lebih lanjut lagi dampak positif dalam globalisasi misalnya, adalah:
1.Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi
2.Terjadinya industrialisasi
3.Produktifitas dunia industri semakin meningkat.
4.Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.
5. Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk
kedokteran menjadi komoditi Meskipun demikian ada pula dampak
negatifnya antara lain;1. terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang
tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan2. Sifat
konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan
juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan:
konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental “instant”.
Dampak Negatif:
Dapat menghilangkan kebudayaan asli Indonesia,
serta dapat terjadi proses perubahan social didaerah yang dapat
mengakibatkan permusuhan antar suku sehingga rasa persatuan dan kesatuan
bangsa menjadi goyah.
Apabila budaya asing masuk ke Indonesia, dan
tidak ada lagi kesadaran dari masyarakat untuk mempertahankan dan
melestarikannya, dipastikan lagi masyarakat Indonesia tidak akan dapat
lagi melihat kebudayaan Indonesia kedepan.
Lebih lanjut lagi mengenai dampak negatif yang ada, misalnya :
1. Penyalahgunaan Fungsi
bebasnya setiap orang mengakses ataupun
menggunakan teknologi, maka dengan mudah juga terjadi penyalahgunaan
fungsi dari teknologi tersebut.
2. Pemborosan Biaya
Teknologi yang tidak akan ada habisnya, akan
membuat para penggunanya tidak pernah puas sehingga perlu biaya untuk
selalu mengupdate teknologi yang mereka miliki ataupun penggunaan
teknologi komunikasi yang makin meluas juga diikuti penambahan biaya.
3. Global Warming
pengalihan kinerja manusia ke mesin tentu makin
menyebabkan polusi udara sehingga memperparah pemanasan global, namun
akhir akhir para produsen teknologi telah memproduksi segala kebutuhan
teknologi yang di imbangi dengan pelestarian alam dan ramah lingkungan.
Contoh dari dampak positif dan negatif dari perkembangan budaya yakni, seperti yang tertera di bawah in :
Contoh dampak positif :
Sebagai contoh saya mengambil dari budaya yang ada sekarang misalnya
saja perkembangan pada pengetahuan teknologi. Sekarang teknologi bukan
lagi jadi bahan yang tabu di masayarakat umum dengan kemajuan teknologi
semua dapat dengan mudahnya di selesaikan. Sebagai contoh penggunaan
gadget, laptop dan lain sebagai nya, dengan gadget dan laptop kita dapat
mengetahui informasi apapun, kapanpun dan dimanapun dengan mudah,
dengan koneksi intenet tentunya.
Contoh dampak negatif :
Dari contoh dampak positif diatas dapat kita artikan juga sebagai
dampak negatif di karenakan jika dalam penggunaan teknologi itu tidak
benar tentunya akan menjadi sangat berbahaya. Sebagai contoh yaitu,
penipuan, perjudian, kejahatan dunia maya dan lain sebagainya. Oleh
karena itu kita sebagai manusia haruslah selektif dalam memilih hal yang
dapat merugikan dan juga menguntungkan serta dapat berdampak positif
dan juga negatif.
Perbedaan antara Kebudayaan dan Peradaban
Kebudayaan dan peradaban adalah dua kata yang sampai sekarang masih
menjadi perdebatan di kalangan ahli. Pendapat pertama menyatakan bahwa
tidak ada perbedaan dalam penggunaan istilah “kebudayaan” dan
“peradaban”. Sementara itu pendapat kedua menyatakan bahwa ada perbedaan
terminologis antara “kebudayaan” dan “peradaban”. Tulisan ini secara
ringkas mencoba untuk memberikan sedikit bahan untuk menjelaskan
pandangan yang kedua tentang “kebudayaan” dan “peradaban” sebagai
istilah yang memiliki perbedaan secara terminologis.
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian
kebudayaan itu dapat diartikan “ hal-hal yang bersangkutan dengan budi
dan akal .” . Ada pendirian lain mengenai asal dari kata kebudayaan itu,
ialah bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budi-daya,
artinya daya dan budi, kekuatan dari akal. Adapun istilah inggrisnya
berasal dari kata Latin colereyang berarti “mengolah, mengerjakan”,
terutama mengolah tanah atau bertani . Dari arti ini berkembang arti
culture sebagai segala daya dan usaha manusia untuk merubah alam.
Adapun istilah peradaban dapat kita sejajarkan dengan kata asing
civilization . Istilah itu biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan
unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah, seperti : kesenian,
ilmu pengetahuan, serta sopan-santun dan sistem pergaulan komplex dalam
suatu masyarakat dengan struktur yang komplex. Sering juga istilah
peradaban dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem
teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu
pengetahuan yang maju dan komplex. ( Koentjaraningrat , 1948 : 9-10 )
Jika Huntington (1996 ) mendefinisikan peradaban ( civization )
sebagai the highest social grouping of people and the broadest level of
cultural identity people have short of that which distinguish humans ftm
other species, dan Ibnu Khaldun ( 1332-1406 M ) melihat peradaban
(umran) sebagai organisasi sosial manusia, kelanjutan dan proses
tamaddun ( semacam urbanisasi ), lewat ashabiyah (group feeling,
espritde corp ). Peradaban disini didefinisikan sebagai keseluruhan
kompleksitas prosuk pikiran kelompok manusia yang mengatasi Negara, ras,
suku, atau agama yang membedakannya dari yang lain, tetapi tidak
monolitik dengan sendirinya. ( Bambang Santosa dkk., 2008 : 44 ).
Konsep Nilai dan Sistem Nilai Budaya
Konsep nilai dan sistem budaya sebenarnya merupakan suatu kata yang
saling berkesinambungan antar satu sama lainnya. Jika melihat dari segi
bahasa dan merujuk pada katanya sebenarnya mempunyai arti dan makna yang
sama. Pada kesempatan ini saya akan sedikit menjelaskan apa itu
sebenarnya Konsep Nilai san Sistem Nilai Budaya.
Konsep Nilai Budaya
Merujuk pada tema yang diminta oleh panitia kegiatan, maka apabila
kita berbicara nilai-nilai budaya, kita harus membuka dahulu ruang untuk
menyamakan pandangan tentang konsep nilai budaya dengan budaya. Nilai
budaya adalah bagian dari budaya. Sedangkan budaya merupakan sebuah
konsep lebih luas daripada sekedar nilai budaya. Untuk itu, sebelum
membahas tentang nilai budaya ada baiknya kita bahas terlebih dahulu
konsep tentang budaya. Dengan demikian, pemahaman kita tentang
budaya/nilai budaya menjadi lebih fokus.
Budaya (kebudayaan/kultur) seringkali diartikan oleh beranekaragam
arti atau makna. Antara satu makna dengan makna yang lain dapat berbeda.
Antara orang awan dan akademisi pun dapat berbeda pendapat tentang arti
budaya ini. Bahkan di antara akademisi mempunyai pandangan yang tidak
sama. Kenyataannya, budaya memang adalah sebuah konsep yang bermakna
beranekaragam. Ada yang memaknainya secara luas dan ada pula yang
memaknainya secara sempit. Bagi mereka yang memaknai sempit/terbatas,
budaya diartikan hanya sekedar sebuah seni, candi, tari-tarian,
kesusastraan, dan sebagainya. Padahal bagian dari arti-arti seperti
disebutkan adalah bagian dari budaya.
Dalam tulisan ini, konsep budaya dipahami sebagai konsep yang
didefinisikan oleh Koentjaraningrat (1981: 180) yaitu “Keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.
Sistem gagasan atau sistem ide milik satu masyarakat yang dijadikan
acuan tingkah laku dalam kehidupan sosial dari masyarakat yang
bersangkutan merupakan wujud kebudayaan itu yang bersifat abstrak,
sedangkan perilaku/tindakan dan hasil karya (benda-benda/“benda budaya”)
merupakan “gejala-gejala kebudayaan” saja.
Selanjutnya, konsep
budaya dapat dikembangkan dalam suatu perincian untuk mendapatkan
pemahaman atau makna yang lebih operasional. Perincian itu terdiri dari
unsur-unsur gagasan tadi yang terkait dalam suatu sistem yang dikenal
dengan konsep “sistem budaya” (cultural system).
Sistem budaya itu sendiri adalah seperangkat pengetahuan yang
meliputi pandangan hidup, keyakinan, nilai, norma, aturan, hukum yang
menjadi milik suatu masyarakat melalui proses belajar, yang kemudian
diacu sebagai pedoman untuk menata, menilai, menginterpretasi sejumlah
benda dan peristiwa dalam beragam aspek kehidupan dalam kehidupan
lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Keseluruhan unsur tadi terkait
dalam satu sistem yang dapat disebut “roh” dari kehidupan satu
masyarakat. Yang terpenting di antaranya adalah nilai atau nilai budaya
(cultural value) yang merupakan suatu konsepsi abstrak yang dianggap
baik dan amat bernilai tinggi dalam hidup, yang menjadi pedoman
tertinggi kelakuan dalam kehidupan satu masyarakat (Junus Melalatoa,
2005).
Nilai budaya yang dimiliki satu masyarakat dapat terdiri dari
beberapa kategori nilai, yaitu nilai pengetahuan, nilai religi, nilai
sosial, nilai seni, dan nilai ekonomi. Dalam kategori nilai sosial ada
sejumlah nilai, misalnya nilai tertib, setia kawan, harga diri,
tolong-menolong, rukun, kompetitif, disiplin, dan sebagainya. Nilai
disiplin juga merupakan unsur nilai religi, di samping takwa, iman, yang
menjadi unsur nilai seni di samping indah, melankolis, halus, riang,
dinamis, kreatif, dan lain-lain. Dengan kata lain, sebuah atau beberapa
nilai tersebar sebagai unsur dalam kategori nilai-nilai: pengetahuan,
religi, sosial, seni, dan ekonomi. Keseluruhan nilai-nilai itu terkait
satu dengan yang lain, sehingga merupakan satu sistem nilai budaya
(cultural value system).
Adapun unsur-unsur kebudayaan universal mencakup tujuh unsur yang
terdapat pada tiap kebudayaan di dunia adalah Bahasa, Sistem
Pengetahuan, Organisasi Sosial, Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi,
Sistem Mata Pencaharian Hidup, Sistem Religi, dan Kesenian. Ke dalam
setiap unsur tersebut terdapat tiga wujud budaya, yaitu: wujud sistem
budaya, sistem sosial, dan wujud kebudayaan fisik.
SISTEM NILAI BUDAYA
Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem budaya
merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dalam adat
istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu merupakan
konsep – konsep mngenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar
dari dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap
bernilai , berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi
sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan
para warga masyarakat itu sendiri.
Nilai – nilai budaya ini bersifat umum , luas dan tak konkret maka
nilai – nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan
nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat.
Dalam masyarakat ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang lain
berkaitan satu sama lain sehingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu
sebagai suatu pedoman dari konsep –konsep ideal dalam kebudayaan
memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan masyarakat.
Menurut ahli antropologi terkenal C.Kluckhohn , tiap sistem nilai
budaya dalam tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam
kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi system
nilai budaya adalah :
Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (disingkat MH)
Ada
kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya suatu hal
yang buruk dan menyedihkan .Pada agama Budha misalnya,pola – pola
tindakan manusia akan mementingkan segala usaha untuk menuju arah tujuan
bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun kebudayaan – kebudayaan lain
memandang hidup manusia dapat mengusahakan untk menjadikannya suatu hal
yang indah dan menggembirakan.
Masalah mengenai hakekat dari karya manusia ( disingkat MK)
Kebudayaan
memandang bahwa karya manusia bertujuan untuk memungkinkan
hidup,kebudayaan lain menganggap hakekat karya manusia itu untuk
memberikannya kehormatan,ada juga kebudayaan lain yang menganggap karya
manusia sebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak
karya lagi.
Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu (disingkat MW)
Kebudayaan
memandang penting dalam kehidupan manusia pada masa lampau, keadaan
serupa ini orang akan mengambil pedoman dalam tindakannya contoh –
contoh dan kejadian- kejadaian dalam masa lampau. Sebaliknya ada
kebudayaan dimana orang hanya mempunyai suatu pandangan waktu yang
sempit. Dalam kebudayaan ini perencanaan hidup menjadi suatu hal yang
sangat amat penting.
Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya (disingkat MA)
Kebudayaan
yangh memandang alam sebagai suatu hal yang begitu dahsyat sehingga
manusia hanya dapat bersifat menyerah tanpa dapat berusaha banyak.
Sebaliknya ,banyak pula kebudayaan lain yang memandang alam sebagai
lawan manusia dan mewajibkan manusia untuk selalu berusaha menaklukan
alam. Kebudayaan lain masih ad yang menganggap bahwa manusia dapat
berusaha mencari keselarasan dengan alam.
Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesamanya (disingkat MM)
Ada
kebudayaan yang memntingkan hubungan vertical antara manusia dengan
sesmanya. Tingkah lakunya akan berpedoman pada tokoh – tokoh pemimpin.
Kebudayaan lain mementingkan hubungan horizontal antara manusia dan
sesamanya. Dan berusaha menjaga hubungan baik dengan tetangga dan
sesamanya merupakan suatu hal yang penting dalam hidup. Kecuali pada
kebudayaan lain yang tidak menganggap manusia tergantung pada manusia
lain, sifat ini akan menimbulkan individualisme.